Connect with us

COVID-19

Menikah Di Tahun 2021, Ini Rentetan Tips Penting Dari Para Ahli

Diterbitkan

,

Menikah Di Tahun 2021, Ini Rentetan Tips Penting Dari Para Ahli
KPC PEN saat membahas soal keluarga berencana, serta tips untuk pasangan yang memutuskan akan menikah di era pandemi. (foto : ist)

 

KABARMALANG.COM – Menikah di tahun 2021, terutama di era pandemi harus mempertimbangkan banyak hal.

KPC-PEN mengundang sejumlah narasumber, untuk membahas pentingnya persiapan maupun perencanaan.

Jangan sampai menikah di tahun 2021, malah menjadi bumerang dan pukulan untuk kesehatan finansial dan psikologi.

Kepala BKKBN, dr Hasto Wardoyo SpOG (K) mengatakan, bagi keluarga yang sudah menikah, baik pasangan muda atau sudah tahunan berumah tangga, perlu perencanaan.

“Banyak orang sebenarnya tidak mau nambah anak lagi. Kemudian, tidak pakai kontrasepsi, akhirnya kebobolan. Saya tegaskan, jangan hamil kalau tidak terencana,” ujar Hasto dalam Dialog Produktif Rabu Utama, Rabu (29/9).

Kabar Lainnya : Pembuang Bayi di Wonosari Adalah Perempuan yang Hendak Menikah.

Menurut hasto, kontrasepsi harus menjadi kenormalan dalam sebuah rumah tangga yang telah memiliki anak.

“Perlu sosialisasikan kontrasepsi secara terus menerus, supaya unwanted pregnancy turun,” tambahnya.

Sementara itu, Inez Kristanti, Psikolog, menegaskan, bagi pasangan yang akan serius menikah, perlu ada persiapan psikologis.

“Bukan cuma pernikahan saja yang membutuhkan persiapan psikologis, tetapi memiliki anak juga harus ada persiapan,” ujar Inez.

Dia mengatakan, pasangan yang akan menikah, harus memastikan persiapan fisik, psikologis dan finansial.

Pertama, dengan perencanaan dan persiapan psikologis, pasangan bisa menjadi orang tua yang siap mendidik anak.

“Dan akhirnya bisa menjadi orang tua yang baik. Efeknya, keluarga jadi lebih bahagia,” tegasnya.

Kemudian, dalam persiapan fisik, pasangan yang akan  menikah, harus memastikan kondisi kesehatan masing-masing pasangan.

“Beberapa pasangan bahkan medical check up sebelum menikah,” tegasnya.

Selain itu, persiapan finansial juga semakin penting. Karena, dari sini, pasangan bisa melihat visi misi menjalani rumah tangga.

“Kita tidak bisa berasumsi pasangan kita punya perencanaan yang sama. Beberapa orang pikir perencanaan ini setelah nikah saja. Malah sebaiknya sebelum nikah,” terangnya.

Sehingga, pasangan bisa melakukan antisipasi, dan mempunyai banyak pilihan terkait hubungan percintaannya.

Rista Zwestika, financial planner, bahkan menegaskan bahwa menikah bukan cuma soal cinta kemudian bersatu.

“Harus memutuskan banyak hal sebelum masuk jenjang yang serius. Tetapi, namanya cinta itu buta. Nanti saja ngomongin soal finansial setelah berumah tangga,” terangnya.

Kabar Lainnya : Dampingi Masyarakat Batu, Dinkes Gandeng Psikolog Tangani Covid-19.

Menurut Rista, ini kesalahan terbesar bagi pasangan yang akan serius menikah. Sebaiknya, pembicaraan soal finansial harus sudah clear begitu serius ingin berumah tangga.

“Faktanya, masuk rumah tangga, menyesal karena ternyata sandwich generation. Ternyata pendapatan tidak sesuai dengan omongan saat pendekatan. menyesal masa depan suram,” ujarnya.

Karena itu, menurutnya, waktu yang tepat untuk ngomong perencanaan keuangan adalah sesaat setelah memutuskan serius menuju jenjang menikah.

Dia menegaskan, pasangan yang akan menikah harus terbuka dalam keuangan.

“Sekarang tidak lagi tabu bicara keuangan dalam hubungan yang serius menuju pernikahan. Cinta is cinta, tetapi gak cukup cinta untuk membiayai hidup,” tegasnya.

Ini juga yang akhirnya mendorong pemerintah, untuk mencegah terjadinya pernikahan dini yang tidak siap finansial, psikologis dan fisik.

Walaupun, kenyataannya, masih banyak pasangan yang menikah hanya bermodal cinta, tetapi kesiapan finansial dan psikologis nol besar.

Fiqih Aghniyan Hidayat, Duta GenRe Putra 2020, menerangkan, berdasarkan data pemerintah pusat, ada 64.211 kasus dispensasi pernikahan di tahun 2020.

Dispensasi pernikahan, yaitu permohonan menikah untuk anak di bawah usia dewasa. Dalam hukum Indonesia, usia dewasa laki-laki adalah 19 tahun.

Sementara, untuk perempuan adalah 16 tahun. “Otomatis kan ada 64 ribu anak, yang mengajukan menikah. Angka pernikahan usia anak, melonjak 3 kali lipat di 2020, ketimbang 2019,” tegasnya.

Salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan dini, yaitu faktor ekonomi dan pergaulan, terutama di masa pandemi.

“Orangtua kena PHK, ingin beban keluarga berkurang, menyuruh anak menikah. Kemudian, kehamilan di luar nikah akibat free sex,” ujarnya.

Karena itu, Duta GenRe mengupayakan program-program preventif untuk mencegah pernikahan dini.

“Kami ada program konselor sebaya. Menjadi tempat curhat bagi teman sebaya, mungkin ada yang dipaksa menikah oleh orangtuanya karena faktor ekonomi dan sebagainya,” tegasnya.(carep-04/yds)

Terpopuler

WeCreativez WhatsApp Support
Marketing Kabarmalang.Com