Pemerintahan
Sutiaji: Kita Perlu Mengoptimalkan Cipta, Rasa, dan Karsa

KABARMALANG.COM – Setelah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang sukses mengadakan episode pertama event Seni Virtual yang bertajuk “Malang Culture” pada pertengahan bulan Juli kemarin.
Pada bulan Agustus ini dilanjutkan lagi untuk episode selanjutnya. Tujuannya untuk memberi wadah dan mengapresisi seni dan kebudayaan yang ada di Kota Malang, ditayangkan secara offline dan virtual. Pada pagelaran yang kedua kali ini, turut dihadiri oleh Sutiaji selaku Walikota Kota Malang, sekaligus untuk memberi sambutan.
“Keberadaan pemerintah mulai dari pusat sampai ke daerah, itu adalah bagaimana mengiinisiasi dan memfasilitasi agar tercipta rasa dan karsa, karena oleh Tuhan tidak diberikan ke seluruh manusia untuk mampu diabdikan dan dioptimalkan. Tentu dalam bentuk ekspresi sesuai dengan kadar dan kemampuan masing-masing,” ujar Sutiaji di Taman Krida Budaya Kota Malang, Selasa (18/08/2020).
Sutiaji mengatakan bahwa Kota Malang, begitu banyak ekspresi dan inovasi, yang itu berkaitan dengan hasil cipta, rasa, dan karsa. Hal itu ada pada jiwa manusia, antara satu dengan lainnya, tidak sama. Ketika diwujudkan dalam bentuk akumulasi ide, gagasan dan konsep, maka muncul sebuah karya,” lanjut Sutiaji.
Karya menurut Sutiaji adalah sesuatu yang diinisiasi seseorang, ketika dikumpul ke dalam berbagai ragam. Menjadi kesenian dan karya, itulah sesungguhnya yang mampu menimbulkan sebuah kenikmatan batin, dan secara hakiki dalam hidup, menjadi bahagia dhohir dan batin. Karena itu tidak lepas dari kehidupan manusia. Manusia diciptakan oleh tuhan, dalam dua unsur, rohani dan jasmani.
“Maka oleh pendiri-pendiri negara kita yang dibangun adalah jiwa dan raga. Bahwa Indonesia itu luar biasa, tidak ada negara yang sehebat Indonesia. Banyak pulau dan budaya. Banyak manusia, berbeda tapi bersama, dalam kesatuan Indonesia, dengan simbol merah putih. Kebhinekaan menjadi keniscayaan. Rajutan cipta, rasa, dan karsa, disimbolkan oleh nenek moyang kita. Bahwa saya sangat bangga menjadi Indonesia,” tambah Sutiaji.
Sutiaji kemudian memberikan contoh, bahwa kebudayaan di Indonesia nilainya sangat tinggi. Misalnya, alat gamelan itu luar biasa, tidak semua negara punya seperti itu. Alat gamelan itu bagian dari cipta, rasa dan karsa yang luar biasa. Itu tidak tiba-tiba muncul, tapi berdasarkan pemikiran.
“Hari ini kita dikumpulkan di sini. Jadi saksi sejarah, bahwa itu harus kita optimalkan. Kegiatan ini bentuk apresiasi, agar anak-anak kita untuk bangga terhadap Indonesia. Ke depannya setiap seni dan budaya diajarkan filosofinya. Misalnya budaya jaranan, jangan dilihat kalapnya saja, tetapi lihat filosofinya juga,” tegas Sutiaji. (fat/fir)
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
-
Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
-
Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
-
Serba Serbi3 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi