Connect with us

Pemerintahan

Wakil Walikota Malang Dorong Mahasiswa Jadi Motor Penggerak Ketahanan Pangan Nasional

Diterbitkan

,

IMG 20250618 085901
Wakil Walikota Malang, Ali Muthohirin, menyerukan perlunya rekayasa kader dan gerakan aktivis muda dari kalangan mahasiswa (istimewa)

 

KABARMALANG.COM – Wakil Walikota Malang, Ali Muthohirin, menyerukan perlunya rekayasa kader dan gerakan aktivis muda dari kalangan mahasiswa untuk secara aktif memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.

Menurutnya, di tengah kondisi geopolitik global yang tidak menentu, aktivis muda harus mengambil peran strategis dalam menjawab tantangan ini.

Hal tersebut sejalan dengan prioritas kedaulatan pangan dalam Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden.

“Saya menemukan bahwa landasan yang pas, kenapa Presiden Prabowo selalu menggencarkan dan mewajibkan kedaulatan pangan,”

“Ternyata ketika kita melihat peta global, kondisi geopolitik sedang tidak stabil, ada ancaman perang yang berefek signifikan dalam konteks perekonomian, energi maupun ketahanan pangan,” jelas Wawali Ali mengawali sambutannya.

Pernyataan ini di sampaikan Wawali Ali saat memberikan keynote speech pada acara Rembuk Energi dan Ketahanan Pangan di Ijen Suites Hotel Malang.

Kegiatan ini di selenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jawa Timur bersinergi dengan Pemerintah Kota Malang.

Acara ini turut menghadirkan narasumber dari Universitas Brawijaya dan DPRD Provinsi Jatim, serta di ikuti oleh organisasi kemahasiswaan se-Jawa Timur.

Wawali Ali lebih lanjut menekankan bahwa potensi kader aktivis tidak seharusnya terbatas pada ambisi menduduki posisi elite politik.

Sebaliknya, mereka harus di arahkan untuk menjawab persoalan-persoalan strategis bangsa, seperti ketahanan pangan dan energi.

“Jumlah elite politik itu seperti piramida terbalik, semakin mengerucut,”

“Berapa jumlah kepala daerah yang dibutuhkan? Menteri? Presiden? Yang di butuhkan untuk duduk di dunia politik itu terbatas,”

“Jika semua kader aktivis berebut ke ranah politik, maka diaspora ini tidak cukup,”

“Padahal berapa ratus atau ribuan kader yang telah kita siapkan untuk bangsa?” beber Wawali Ali, menyoroti keterbatasan peluang di dunia politik.

Menanggapi hal tersebut, Wawali Ali mengemukakan gagasan rekayasa diaspora kader dan gerakan aktivis sebagai kekuatan kolektif yang mampu membangun ekosistem pangan mandiri berbasis komunitas.

“Maka teman-teman aktivis harus ada rekayasa diaspora kader, rekayasa gerakan aktivis melalui kegiatan ini,”

“Hari ini sudah ada Koperasi Merah Putih yang di siapkan Presiden, ada isu kedaulatan pangan,”

“Tinggal bagaimana kita menyiapkan kader-kader aktivis ini?,”

“Bagaimana kelompok-kelompok tani ini sudah di siapkan oleh kader?,” seru Wawali Ali, menantang para peserta.

Karenanya, Wawali Ali mendorong para aktivis muda agar mengambil peran nyata dalam memperkuat ketahanan pangan dan energi.

Khususnya di sektor pangan yang paling bisa di kerjakan saat ini.

“Ada peran teman-teman yang belum terisi, tentang ketahanan energi dan ketahanan pangan,”

“Yang paling bisa di kerjakan hari ini adalah ketahanan pangan,”

“Jika organisasi aktivis ini menggerakkan kader-kadernya, membentuk kelompok-kelompok tani dan jejaringnya di manfaatkan di berbagai level,”

“Isu kedaulatan pangan ini bisa terselesaikan, namun apakah ini sudah di laksanakan?,”

Kira-kira apakah mahasiswa ini mau menjadi kelompok tani?,” sentil Wawali Ali, memantik pertanyaan kritis.

Sebagai penutup, Wawali Ali mengajak para aktivis muda untuk menjadi agen perubahan yang sesungguhnya tidak hanya bersuara, tetapi juga bergerak dan berdampak.

“Artinya ketahanan pangan ini harus kita siapkan. Mengisi di situ maka jangan hanya menjadi penonton,”

“Kecuali, teman-teman masih mau menafsirkan agen of change itu sebagai kritikus saja,”

“Bukan kemudian sebagai aktivis yang langsung terjun ke masyarakat, untuk memulihkan ini semua,”

“Dan menyukseskan ketahanan pangan,” pungkas Wawali Ali. (*)

 

Advertisement

Terpopuler