Edukasi
Budi Sugiarto Waloeya Dan Sunaryo Profesor Baru Universitas Brawijaya

KABARMALANG.COM – Universitas Brawijaya kembali mengukuhkan dua profesor, Rabu (25/8), yaitu Dr Ir Budi Sugiarto Waloeya MSP dan Dr Sunaryo SSi MSi.
Budi merupakan merupakan profesor bidang infrastruktur perkotaan. Dia juga merupakan profesor ke-16 di FT, menjadi yang ke-196 dalam profesor aktif di UB serta ke-283 dari seluruh profesor di UB.
Pada pemaparannya di depan senat, Prof Budi membawakan orasi tentang “Pengukuran Tingkat Pelayanan Jalan menggunakan Pendekatan Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan”.
Menurut Prof Budi Sugiarto Waloeya, model tersebut bisa mengetahui tingkat perkembangan tata guna lahan yang sudah berada di ambang batas harus pengendalian. Karena, menyebabkan pelayanan jalanan yang buruk.
Penggunaan jalan ini sangat masif di wilayah perkotaan. Namun sayangnya peningkatan infrastruktur termasuk jalan raya tidak sebanding dengan pertambahan penduduk. Sehingga, menimbulkan permasalahan.
Kemacetan menjadi yang kerap kali muncul di wilayah perkotaan. Titik kemacetan ini terutama di ruas jalan-jalan utama penghubung antar kota.
Sebagai contoh, Prof Budi Sugiarto Waloeya melakukan studi kasus di koridor Jalan Surabaya (Waru)-Sidoarjo.
Koridor jalan Waru-Sidoarjo merupakan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Waru Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo dengan panjang jalan 29 kilometer.
Kabar Lainnya : Maret 2020, Kota Malang Alami Deflasi 0,41 Persen.
Perhitungan Tingkat Pelayanan Koridor Jalan Surabaya Waru-Sidoarjo menggunakan metode Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan.
Perhitungan tersebut menunjukkan dari rentang pukul 8-9 pagi sampai dengan 6-7 malam tingkat pelayanan jalan nilainya F.
F ini artinya koridor jalan dalam keadaan macet atau terjadi antrian yang panjang yang memperlambat laju kendaraan bermotor.
Menurut Prof Budi Sugiarto Waloeya, tingkat pelayanan jalan yang buruk mestinya menjadikan titik tolak pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan pengendalian pemanfaatan tata ruang.
Misalnya, dengan mengadakan pembatasan pengembangan untuk Zona Kawasan Perdagangan dan Jasa.
Sementara untuk Zona Pengembangan Kawasan Industri khususnya pada koridor jalan mengalami tingkat pelayanan yang buruk atau sering terjadi kemacetan.
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih spesifik yaitu pelarangan khususnya Kawasan Perdagangan Dan Jasa skala besar misalnya hiper market, plasa, mal dan lain-lain.
Kabar Lainnya : OJK Respon Kasus Deposito Bodong Pakis.
Sedangkan untuk skala menengah dan kecil masih bisa untuk pengembangan.
Menurut Prof Budi Sugiarto Waloeya, model ini tidak hanya untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan.
Interaksi Model Tata Guna Lahan- Jaringan Jalan dapat menjadi alat mengetahui waktu tempuh perjalanan (travel time) pada ruas koridor jalan tertentu.
Profesor kedua yang pengukuhan yaitu Dr Sunaryo SSi MSi. Dia merupakan profesor yang ke-25 di FMIPA dan ke-197 profesor aktif serta ke-284 dari seluruh profesor di UB.

Prof Sunaryo. (foto : tangkapan layar)
Di hadapan senat, Prof Sunaryo memberikan pemaparan tentang Peranan Ilmu Geofisika Dalam Mitigasi Bencana Alam.
Dia mengatakan Ilmu Geofisika merupakan alat untuk mengetahui informasi bawah permukaan bumi. Sehingga memegang peranan penting dalam pemecahan masalah kebencanaan, lingkungan dan eksplorasi.
Ilmu Geofisika ini layaknya ultra sono grafi (USG) bagi profesi seorang dokter.
Kabar Lainnya : Jelang Akhir Tahun, BPS Catat Kenaikan Harga Pangan di Kota Malang.
Karena sejatinya ilmu ini mengetahui kondisi bawah permukaan dengan bumi melalui pengukuran di permukaan bumi dengan menerapkan kaidah-kaidah ilmu fisika.
Penggunaan ilmu geofisika pada kebencanaan bisa mendukung upaya mitigasi pra bencana.
“Sayangnya saat ini di negeri kita penanganan bencana masih banyak pada tahapan tanggap darurat dan rehabilitasi (paska bencana),” terang Prof Sunaryo.
Upaya optimalisasi teknologi menggali infomasi bawah permukaan bumi untuk mengetahui penyebab bencana geologi perlu menjadi perhatian.
Sehingga, bisa ada rekayasa sebagai upaya mitigasinya. “Di sinilah peluang pengambangan ilmu geofisika,” ungkap Prof Sunaryo.
Pemetaan atau zonasi wilayah dari informasi permukaan bawah bumi bisa menjadi alat mitigasi dalam mereduksi dampak atau bahkan mencegah terjadinya bencana alam tersebut.
Bencana alam yang terkait dengan kebumian menurut Prof Sunaryo yakni longsor, gempa bumi dan kekeringan.
Dia menyampaikan pula tiga studi kasus penggunaan ilmu geofisika di tiga kasus bencana tersebut.
Salah satu contohnya yakni penggunaan ilmu geofisika pada kasus longsor di dusun Brau desa Gunungsari kecamatan Bumiaji, Batu.
Akuisisi data terlaksana pada sejumlah 60 titik data yang tersebar di area dusun Brau seluas sekitar 39 Ha.
Setelah ada pengolahan dan interpretasi data, menurut Prof Sunaryo, muncul rekomendasi sebagai upaya mitigasi bencana. Yakni pada bidang longsor stabil sebagai penampungan penduduk.
Sedangkan di bidang relokasi tidak stabil dapat terlaksana rekayasa.
Yakni mengurangi kelebihan ketebalan beban batuan, membuat bangunan sipil berbentuk tembok penahan dan melakukan eco-engineering melalui penanaman vegetasi yang berakar.(carep-04/yds)
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
-
Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
-
Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
-
Serba Serbi4 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi