Ekbis
Tren Inflasi Volatile Food Kota Malang Naik, BI Dorong Urban Farming
KABARMALANG.COM – Tren inflasi volatile food di Kota Malang kembali menunjukan tren peningkatan sampai dengan periode Mei 2021.
Tren inflasi volatile food di Kota Malang tercatat sebesar -0,26 persen (mtm), 1,11 persen (ytd) dan 4,55 persen (yoy).
Karenanya, perlu ada peningkatan kebijakan struktural dalam rangka menekan gejolak inflasi volatile food (VF).
Caranya, yaitu melalui penguatan produktivitas pertanian maupun peningkatan efisiensi melalui infrastruktur distribusi.
Kepala KPwBI Malang, Azka Subhan Aminurridho pun menganalisa penyebab kenaikan harga volatile food ini. Menurutnya, pasokan dan kebutuhan tidak seimbang.
Karena, komoditas pertanian di Kota Malang tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Terutama apabila hanya mengandalkan produksi kota ini sendiri.
Kota Malang juga menerima suplai kebutuhan pertaniannya dari daerah lain, seperti Kabupaten Malang dan Kota Batu.
“Oleh karena itu, BI mendorong adanya kerja sama antar daerah. Di mana daerah saling membantu untuk mencukupi kebutuhan akan hasil pertanian,” ujarnya, dalam rilis Dinas Kominfo Kota Malang, Senin (21/6).
Kabar Lainnya : Buka Gym, Respon Tren Olahraga Saat Pandemi.
Namun, ada bidang pertanian tertentu yang masih bisa berkembang di Kota Malang, misalnya sayur-mayur.
Saat ini, cabai mengalami penurunan produksi. Sehingga harganya mahal, pasokannya terbatas tetapi yang makan tidak mengurangi konsumsinya.
Kalau misalnya setiap rumah tangga menanam cabai tentunya akan turut membantu menjaga kestabilan harga.
Apa lagi, perkotaan ini lahannya pasti sempit. Sehingga, salah satu kerja sama Bank Indonesia dan Pemkot Malang, khususnya dengan TP PKK adalah mendorong urban farming.
“Harapannya, kegiatan ini dapat mendukung penyediaan kebutuhan pertanian terutama sayur-mayur di rumah dan tidak butuh lahan yang luas,” ujar Azka.
Sejak tahun 2016, Bank Indonesia Malang telah ikut andil dalam pengembangan urban farming di Kota Malang.
Contohnya, Program Sosial Bank Indonesia (PSBI). KPwBI Malang memberikan berbagai macam bantuan kepada TP PKK Kota Malang, seperti sarana prasarana urban farming senilai Rp 10 juta.
Pada tahun 2017, KPwBI memberikan bantuan berupa paket kolam ikan dan bibit tanaman untuk program urban farming senilai Rp 150 juta.
Kemudian, tahun 2019, KPwBI memberikan bantuan berupa paket sarana prasaraan kegiatan pengembangan urban farming serta mesin pengolah.
Yakni mesin penepung (disk mill) dan mesin pengering (cabinet dryer) senilai Rp 197 juta.
Dalam perkembangannya, ternyata program ini terbukti memberi beragam dampak positif bagi masyarakat, yakni tidak hanya mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan.
Namun juga membantu mengurangi dampak inflasi pangan bagi masyarakat. Selain untuk konsumsi rumah tangga sendiri, ternyata hasil dari urban farming juga memiliki daya jual yang cukup tinggi.
“Banyak masyarakat yang menggemari produk-produk urban farming karena lebih sehat, aman dan terbudidaya secara organik,” akhirnya.
Inovasi program urban farming telah mengantarkan Kota Malang menerima penghargaan Indonesia Award 2019 dari iNews. Wali Kota Malang Sutiaji yang menerima penghargaan ini.(carep-04/yds)
- Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
- Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
- Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
- Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
- Ekbis5 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
- Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
- Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
- Serba Serbi4 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi