Connect with us

Kuliner

Kopi Ngantang Tidak Kalah Nikmat Dari Buah Durian Andalan

Diterbitkan

,

Kopi Ngantang, Produk Yang Tidak Kalah Nikmat Dari Durian Andalan
Camat Ngantang, Ahmad Taufiq Juniarto saat menyeduh kopi Ngantang. (Imron Haqiqi)

 

KABARMALANG.COM – Mungkin tidak banyak orang yang tahu, kopi Ngantang tidak kalah dengan buah durian yang notabene produk andalan di sana.

Tetapi, lahan kopi Ngantang, Kabupaten Malang, yang mencapai kurang lebih sekitar 2000 hektar menjadi bukti produk ini cukup menjanjikan.

Dengan penghasilan biji kopi hingga mencapai sekitar 300 ton dalam sekali panen, kopi Ngantang menjadi primadona baru kawasan tersebut.

Camat Ngantang, Ahmad Taufiq Juniarto membenarkan. Ngantang merupakan salah satu pemasok kopi ke Dampit, selain Ampelgading dan Tirtoyudo.

“Jenis kopi Ngantang 70 persen mayoritas robusta, sisanya jenis arabica, excelsa, dan liberika,” katanya, Minggu (9/5) malam.

Kabar Lainnya : Kopi Kawi, Ada Manis-Manisnya Meski Tanpa Gula.

Istimewanya lagi, jenis kopi robusta di Ngantang cukup spesial. Menurut Camat yang juga pecinta kopi itu, robusta Ngantang mempunyai rasa khas yang berbeda dengan robusta pada umumnya.

“Robusta dari sini ada rasa kecutnya. Padahal, selama ini kopi jenis robusta terkenal tidak ada yang rasa kecut dan full pahit,” tuturnya.

Namun, potensi kopi Ngantang yang tidak kalah dengan durian itu, selama ini terbilang tersembunyi.

Pasalnya, masyarakat menjual hasil panen kopi Ngantang itu dengan metode konvensional. Yakni menjualnya kepada tengkulak dengan sistem ijon.

Padahal, Taufiq meyakini potensi itu akan semakin bagus jika masyarakat menjualnya dengan cara green bean.

“Jual ijon maka harganya Rp 2.500 per kilogram. Tapi kalau jual green bean maka bisa mencapai Rp 40 ribu,” ujarnya.

Dengan syarat, petani Ngantang mau sedikit bersusah payah untuk mengolah kopi itu paska panen. Agar bisa mendapatkan cita rasa khas dengan kopi-kopi dari daerah lain.

“Nah, saat ini sudah ada 6 petani yang saya didik untuk hal itu, meski belum maksimal, tetapi hasilnya sudah lumayan,” tuturnya.

Pengolahan paska panen, menurut Taufiq setelah memetik, kemudian mencuci kopi. Lalu para petani Ngantang menjemur kopi di tempat yang medan yang lebih tinggi dari tanah.

“Setelah penjemuran sekitar 1 pekan, kemudian bungkus dalam plastik, lalu bungkus kembali dengan goni,” ringkasnya.

Melihat potensi yang begitu besar itu, Taufiq juga berambisi untuk menjadikan Ngantang sebagai daerah penghasil kopi.

“Setiap tahun, kami mengadakan festival kopi di sini. Sebagai upaya untuk mengankat potensi kopi di Ngantang,” akhirnya.(im/yds)

Terpopuler

WeCreativez WhatsApp Support
Marketing Kabarmalang.Com