Connect with us

Peristiwa

Rabu Wekasan, Momen Bersedekah Tolak Bala

Diterbitkan

,

Rabu Wekasan, Momen Bersedekah Tolak Bala
KH Agus Sunyoto bersama Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj. (Foto : istimewa)

KABARMALANG.COM – Rabu Wekasan tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Diyakini, Rabu terakhir Safar adalah hari musibah.

Keyakinan ini dikuatkan kitab Al-Jawahir al-Khoms. Kitab ini karya Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji.

Menurut kitab itu, Allah SWT akan menurunkan 320.000 bencana. Tahun ini Rabu Wekasan jatuh pada hari ini. Yakni tanggal 14 Oktober 2020.

Ini bertepatan dengan tanggal 27 Pon Sapar 1442 Hijriyah. Tradisi ini pertama dilakukan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

“Nabi Muhammad jatuh sakit pada hari ini. Yakni Rabu Wekasan. Lalu 14 hari kemudian Nabi wafat. Dari situlah umat menetapkan hari ini hari penuh musibah,” ujar Penulis buku Atlas Walisongo, KH Agus Sunyoto saat dikonfirmasi Kabarmalang.com, Rabu (14/10).

Akhirnya, kepercayaan ini diyakini turun temurun umat Islam dunia. Termasuk di Indonesia. Di timur tengah, Rabu Wekasan ini disebut Arba Mustamir.

Sedangkan Rabu Wekasan Indonesia, dimulai di Aceh. Tepatnya, di Kesultanan Pasai.

“Di Aceh, istilah hari ini disebut sebagai Rabu Habis,” tutur Pengasuh Pesantren Global Tarbiyyatul Arifin itu.

Ulama menyarankan umat berdoa dan bersedekah hari ini. Karena, sedekah dinilai mampu menolak bala dan musibah.

Tradisi bersedekah itupun dilestarikan di Jawa. Hanya saja sedekah masyarakat Jawa bukan berupa uang. Tapi dalam bentuk bubur safat.

Lalu, bubur dibagikan kepada saudara dan tetangga sekitar. Bubur safat terbuat dari bubur putih. Serta bubur beras ketan. Bubur Safar dilengkapi air gula merah dan kuah santan.

“Tradisi bubur itu berasal dari Kesultanan Pasai. Kemungkinan penyebaran tradisi itu melalui Sunan Giri. Beliau kan juga dari Pasai,” tutup Lesbumi PBNU itu.(im/yds)

Terpopuler

// width=
Marketing Kabarmalang.Com
Aktifkan Notifikasi OK Tidak Terimakasih