Edukasi
Alissa Wahid : Buku KH Oesman Mansoer Relevan

KABARMALANG.COM – Alissa Wahid, Koordinator Nasional Gusdurian menegaskan buku KH Oesman Mansoer relevan. Yakni, buku berjudul Islam dan Kemerdekaan Beragama.
Buku itu dicetak 1968 dan sudah berusia 52 tahun. Namun, putri Gus Dur tetap mengapresiasinya.
Bahkan, dia merekomendasikan buku itu diterbitkan ulang. Rekomendasi ini muncul saat bedah buku di Pascasarjana Unisma, Senin (26/10).
Buku itu disebut relevan dengan kondisi negara. Fenomena sosial politik dan identitas Indonesia masih sama.
Yaitu berkaitan dengan isu agama.
“Bangsa ini mengalami langkah mundur dalam konteks kemerdekaan beragama. Saat kita mundur, di ujung belakang ada buku ini,” kata Alissa.
Alissa Wahid menambahkan, masalah Indonesia saat ini adalah demokrasi. Terdapat kecenderungan mayoritarianisme berbasis agama.
Praktik beragama menjadi eksklusif atau superioritas yang menguat.
“Semangat buku ini mengingatkan kita. Untuk menyelami muslim Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Alissa.
Alissa juga mengutip isi buku KH Oesman. Muslim di Indonesia harus menjaga ruang hidup beragama.
Sesama warga negara harus menjunjung tinggi toleransi. Sehingga bisa menjadi bekal panduan umat beragama, khususnya muslim.
Agar, bisa lebih tepat membangun kehidupan berbangsa bernegara.
KH Oesman Rektor Pertama Unisma
Dalam bedah buku tersebut hadir narasumber lainnya.
Yaitu Airlangga Pribadi, Ph.D. Dia CEO the Intiative Intitute. Sekaligus pengajar di Departemen Politik, FISIP, Universitas Airlangga.
Prof. Dr. Zainuddin, Ahli Sosiologi Agama. Yang juga Wakil Rektor UIN Malang.
Kemudian, Pdt. Chrysta Andrea. Dia pengajar di Institusi Pendidikan Teologi Balewiyata, GKJW Malang.
Serta Irham Thoriq Aly, CEO Tugumalang.id. Juga Direktur Penerbit Kota Tua selaku moderator.

Suasana usai bedah buku KH Oesman
Menurut Zainuddin, persoalan agama di Indonesia masih sangat krusial. Agama mudah untuk dijadikan isu.
Hal tersebut bisa menimbulkan kekacauan. Apabila tidak dikontrol dengan baik.
NU dan Muhammadiyah harus dikuatkan. Karena, keduanya adalah organisasi islam pilar negara.
“Saya memotret KH Oesman sosok inklusif moderat. Sejajar dengan Gus Dur dan Cak Nur. Beliau dari daerah tapi pemikirannya bagus sekali,” ucap Zainuddin.
Latar belakang KH Oesman dipengaruhi tiga tradisi. Yakni tradisi akademik, pesantren hingga militer.
Ditambah, pengalamannya yang banyak. Sehingga, KH Oesman dikenal moderat, pruralisme dan humble.
KH Oesman sendiri merupakan salah satu pendiri kampus Unisma. Dia juga rektor pertama di kampus tersebut.(carep-05/yds)
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
-
Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
-
Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
-
Serba Serbi4 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi