Kabar Batu
Pemkot Batu Kejar 20 Persen Penurunan Stunting Tahun 2022

KABARMALANG.COM – Pemkot Batu menargetkan penurunan kasus stunting 20 persen di tahun 2022.
Ini karena dari 9.766 bayi balita di Kota Batu tercatat ada 1.451 bayi mengalami stunting pada 2021. Belum lagi, ada pula dengan kasus stunting tahun 2020 lalu.
“Jumlah kasus stunting cukup tinggi di Kota Batu, kurang lebih 11 ribu-an. Tetapi, prevalensi stunting sudah turun dari tahun ke tahun,” kata Punjul Santoso, Wakil Wali Kota Batu, Rabu (29/12).
Menurutnya, pada 2019, angka prevalensi stunting mencapai 25.4 persen. Kemudina, pada 2020 angka itu turun menjadi 14.83 persen.
Setelah itu, pada 2021 angka prevalensi turun lagi menjadi 13.8 persen.
Dari sejumlah data, penyebab besarnya kasus stunting yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemenuhan gizi yang tepat.
Contohnya, banyak calon pengantin yang mengalami anemia. Dari situ, begitu kehamilan terjadi, si ibu mengalami kekurangan gizi.
“Menurut data dari WHO, hampir 33 persen calon pengantin anemia. Setelah menikah makanannya kurang gizi sehingga bayinya stunting,” ujarnya.
Demi menanggulangi hal tersebut, Pemkot Batu mengupayakan terobosan.
Misalnya, meluncurkan Pos Gizi Penanganan Stunting (POZTING) di setiap desa/kelurahan.
Menurut Punjul pos tersebut akan melayani para ibu hamil dan balita stunting.
“Kita juga memiliki identitas anak stunting. Jadi bila sungkan ke RS bisa datang ke pos tersebut,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, Kartika Trisulandari menegaska, stunting bisa sembuh bila intervensi gizi telah bergulir sejak awal.
“Tetapi kalau terlambat, kecil kemungkinan anak stunting bisa sembuh. Jika pertumbuhan anak terhambat selama tiga bulan berturut-turut, maka harus waspada,” katanya.
Menurutnya, olahraga bisa menolong anak yang terkena stunting. Tetapi, kemungkinan berhasilnya lebih kecil ketimbang deteksi dini.
Menurut para pakar, makanan memiliki peran besar mengakibatkan anak stunting. Temuan dinas kesehatan di lapangan, banyak orang tua tidak mau sibuk dengan anaknya.
“Jika anak suka makan mie instan, maka orang tua lebih sering memasakan mie instan,” jelasnya.
Padahal perilaku itu berdampak buruk pada pemenuhan gizi anak. Padahal, masa ini adalah masa yang penting untuk proses pertumbuhannya.
Keseimbangan gizi menjadi hal mutlak agar anak tumbuh dan berkembang baik.
“Makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak butuh asupan yang sesuai. Tidak hanya dari satu jenis. Semua harus berimbang, termasuk pola asuh,” tegasnya.(carep-04/yds)
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
-
Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
-
Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
-
Serba Serbi4 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi