Kabar Batu
Pembangunan Berjalan Masif Air Kota Batu Menurun

KABARMALANG.COM – Adanya pembangunan yang dilakukan secara masif disetiap tahunnya membuat kondisi mata air di Kota Batu menjadi cukup memprihatinkan.
Hal ini diungkapkan Pegiat Lingkungan Nawakalam, Aris Faudin berdasarkan data WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jawa Timur sejak tahun 2011 sampai saat ini jumlah sumber mata air di Kota Batu dari 111 menjadi 53 saja.
“Hal ini menunjukkan bahwa air saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan rumah tangga saja. Namun juga sektor pariwisata dan penginapan,” tuturnya kepada Kabarmalang.com pada Kamis siang (17/09/2020).
Aris juga mengungkapkan bahwa kali dalam hal ini tidak perlu membahas siapa yang salah, namun bagaimana membangun sinergitas untuk melestarikan sumber mata air yang ada saat ini.
Dari data yang dihimpun, persoalan sumber mata air di Kota Batu yang pernah mencuat diawali adanya rencana pembangunan The Rayja Batu Cottage oleh PT Panggon Sarkasa Sukses Mandiri awal 2012 lantaran lokasi pembangunan hotel dekat dengan sumber mata air gemulo sehingga mengancam kerusakan ketika adanya pembangunan tersebut.
Kemudian baru-baru ini pada tahun 2020 muncul persoalan terkait sumber mata air yang berada di Hutan Kasinan akan dibangun tempat wisata Alaska.
“Jangan sampai persoalan-persoalan seperti ini terus bermunculan sehingga masyarakat jangan sampai dirugikan,” katanya.
Bahkan saat ini, dia merasa di daerah tempat tinggalnya, Dusun Kliran, Desa Bulukerto debit air yang mengalir dari sumber mata air tidak seperti beberapa tahun sebelumnya.
Sementara itu Kabid Pengendalian dan Penanggulangan Pemcemaran Lingkungan Hidup DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Kota Batu, Made Suardika membantah bahwa jumlah sumber mata air di Kota Batu setiap tahunnya berkurang.
Menurutnya, saat ini di Kota Batu memiliki 155 sumber mata air dan secara berkala selalu melakukan perawatan untuk menjaga sumber mata air.
“Kami DLH selalu melaksanakan kegiatan bersama masyarakat dengan cara penanaman pohon yang bisa menyimpan air pada musim kemarau, juga agar menjaga supaya tidak tercemar,” katanya.
Made menambahkan dalam waktu dekat DLH juga memiliki program penanaman 4100 bibit pohon. Mulai dari bibit sukun, bibit pulai, bibit matoa dan bibit beringin.
Untuk kondisi debit mata air yang ada di Kota Batu setiap wilayah berbeda-beda. Lanjut Made, seperti di Kecamatan Bumiaji rata-rata maksimal memiliki debit 65 liter/detik dan minimal 49 liter/detik.
Lalu wilayah Kecamatan Batu memiliki debit rata-rata maksimal 20 liter/detik dan minimal 15 liter/detik, kemudian wilayah Kecamatan Junrejo memiliki debit rata-rata maksimal 8 liter/detik dan minimal 6 liter/detik.
“Dampak penurunan debit tidak ada karena dengan kegiatan penghijauan, resapan air bisa menjadi stabil dan tetap mengalir,” tandasnya. (arl/fir)
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian Down, Mahasiswa UT Sambat
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Server Ujian UT Disoroti DPR RI
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Pancasila Sebagai Landasan Dasar Negara
-
Hukrim3 tahun yang lalu
Merampok dan Memperkosa, Pria Donomulyo Didor
-
Ekbis4 tahun yang lalu
Sumber Gentong Buat Ngadem, WSG Pilihan Kuliner
-
Peristiwa3 tahun yang lalu
Kereta Tanpa Lokomotif Jalan Sendiri Dari Stasiun Malang Kota Baru
-
Edukasi3 tahun yang lalu
Penundaan Ujian UT, Ini Kata Warek 3
-
Serba Serbi3 tahun yang lalu
Pintu Tol Madyopuro Resmi Beroperasi